Perkembangan dunia perunggasan di negara kita, memang sudah banyak menciptakan peluang bisnis. Hal ini disebabkan karena bisnis perunggasan bisa dijangkau masyarakat kalangan bawah, dapat dipelihara oleh masyarakat atau peternak dengan lahan yang cukup kecil, kapital “demand power” yang cukup kuat, menyebabkan ternak ini lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan perkembangan ternak lain. Demikian Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia menyatakan,. Namun, menurut mereka, para peternak tidak sedikit mengalami hambatan dan rintangan selain harga pakan yang terus naik, obat-obatan yang cukup mahal juga adanya berbagai macam penyakit yang sering menyerang ternak. Salah satu penyakit pada ayam yang sering ditemui adalah askaridiasis. Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang menyerang usus halus bagian tengah. Cacing ini menyebabkan keradangan dibagian usus yang disebut hemorrhagic. Larva cacing ini berukuran sekitar 7 mm dan dapat ditemukan diselaput lendir usus. Parasit ini juga dapat ditemukan dibagian albumen dari telur ayam yang terinfeksi.
Menurut Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia itu, infeksi Ascaridia dapat disebabkan oleh Ascaridia galli, Ascaridia dissmilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia compar, dan Ascaridia bonase. Ascaris lumbricoides selain berparasit pada ayam, Ascaris lumbricoides juga ditemukan pada itik, kalkun, burung dara, dan angsa. Cacing ini tinggal didalam usus halus, berwarna putih, bulat, tidak bersegmen dan panjangnya sekitar6-13cm. merupakan suatu parasit cacing yang paling sering ditemukan pada unggas peliharaan dan menimbulkan kerugian ekonomik yang cukup tinggi. Cacing tersebut biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selam bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
1. Bagaimanakah potensi ayam untuk terkena parasit ?
2.Apa sajakah parasit yang dapat menyerang ayam dan bagaimana penanggulanganya?
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menunjukan potensi ayam untuk terkena parasit dan parasit apa saja yang dapat menyerang ayam dan bagaimana cara penanggulanganya.
TINJAUAN PUSTAKA
Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan manusia,
Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Nemathelminthes ( cacing gilig), contohnya Ascaris lumbricoides. Sering disebut cacing perut atau cacing usus atau cacing gelang. Parasit pada usus halus manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan yang baik namun tidak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik : cacing askaris, cacing akarm cacing tambang, cacing filaria. Nemathelminthes hampir seluruhnya mempunyai akibat yg buruk jika memasuki tubuh mahluk hidup lainnya. Contoh cacing Ascaris lumbricoides merupakan cacing perut yg menghisap sari makanan dari manusia. Jadi selain pengurai annelida seringkali malah menjadi parasit pada tubuh manusia atau hewan
CIRI-CIRI
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang; Helminthes = cacing. Jadi pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig
1. Tubuh berbentuk gilig atau seperti batang dan tidak bersegmen, mempunyai selom semu (pseudoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga tampak mengkilat.
2. Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait.
3. Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi.
4. Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah.
5. Sistem reproduksi :
Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung berkait (gambar 1). Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembangbiak secara aseksual
6. Habitat
Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga
sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran
pencernaan
STRUKTUR TUBUH
Tubuh simetribilateral, bulat panjang
(gilig) disebut cacing gilig
• Memiliki saluran pencernaan
• Dioceous (berumah dua) reproduksi
seksual (jantan dan betina)
• Mempunyai saluran pencernaan
• Memiliki rongga badan palsu
Triploblastik Pseudoselomata
• Kosmopolitan, ada yang parasit dan ada
pula yang hidup bebas
Beberapa Cacing yang menyerang ayam
Ascaris lumbricoides
Infeksi cacing ini terutama menyerang ayam usia 3-4 bulan. Spesimen dari parasit ini kadang-kadang ditemukan dalam telur. Cacing ini berpindah tempat dari usus ke oviduct dan dapat masuk ke dalam telur pada saat pembentukan telur tersebut. Cacing dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang karena panjang cacing dewasa mencapai ½ hingga 3 inchi.
Riwayat hidup cacing ini sangat simple. Cacing betina akan meletakan telurnya di usus unggas yang terinfeksi dan akan ikut dikeluarkan bersama tinja. Embrio akan terus berkembang dalam telur tersebut meskipun tidak akan langsung menetas. Larva dalam telur mencapai stadium infektif dalam 2-3 minggu. Telur yang mengandung embryo ini sangat tahan banting bahkan dalam kondisi laboratorium dapat bertahan hingga 2 tahun, sedangkan dalam keadaan biasa akan tetap bertahan hingga 1 tahun bahkan lebih. Hal yang penting di sini adalah desinfektan yang digunakan pada peternakan tidak dapat membunuh/ merusak telur. Unggas akan terinfeksi jika memakan telur cacing ini.
Unggas yang terinfeksi oleh cacing ini akan terlihat lesu, diare dan kurus. Kerusakan utama yang ditimbulkan adalah penurunan efisiensi pakan, namun kematian hanya timbul pada infeksi yang sangat berat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan baik dan pemisahan ayam berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan untuk populasi ayam yang baru.Sedangkan obat yang digunakan adalah preparat piperazine yang hanya dapat memutus rantai penularan dengan membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4 minggu adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini cukup dicampurkan pada air minum.
- Heterakis gallinae
Parasit ini tidak menimbulkan akibat yang serius pada kesehatan ayam. Minimal tidak menimbulkan gejala atau patologi yang signifikan. Cara penularan cacing ini sama dengan Ascaris. Namun telur yang mengandung larva akan infektif dalam 2 minggu. Dalam cuaca yang dingin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Parasit ini dapat dibasmi dengan fenbendazole.
- Capillaria annulata atau Capllaria contorta
Cacing ini sering ditemukan pada esophagus dan tembolok. Parasit ini menyebabkan penipisan dan inflamasi pada mukosa. Pada system gastrointestinal bagian bawah, dapat ditemukan beberapa spesies parasit tetapi biasanya adalah Capillaria obsignata.
Berbeda dengan cacing yang lain, pembentukan embryo memakan waktu 6-8 hari dan akan sangat infeksius untuk peternakan. Kerusakan terparah akan terjadi pada 2 minggu setelah infeksi. Parasit ini akan menimbulkan inflamasi berat dan kadang-kadang terjadi perdarahan. Erosi pada usus akan menyebabkan kematian. Problem yang sering ditimbulkan oleh parasit ini adalah penurunan pertumbuhan, penurunan produksi dan fertilitas.
Sanitasi yang baik merupakan kunci pencegahan yang utama. Pemberian vitamin A dapat memberikan nilai tambah. Parasit ini dapat dibasmi dengan menggunakan fenbendazole atau leviamisole.
Secara umum gejala penyakit cacingan pada ayam adalah sbb:
- tubuh ayam menjadi kurus
- nafsu makan berkurang
- sayap kusam dan terkulai
- kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah
- pertumbuhan lamban
Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:
- sanitasi kandang dengan desinfektan
- pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam
- campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari
PENYAKIT AKIBAT CACING
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus.
Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit (cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-dimana di atas tanah.
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
1. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
2. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk).
Gambar. Siklus hidup cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing golongan nematoda tersebut menyebabkan infeksi cacing usus (soil-transmitted helminthasis). Hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi lingkungan. Bila terdapat anemia, penderita harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi. Selain itu, wanita hamil tidak boleh minum obat cacing karena memiliki sifat teratogen (merusak janin) yang potensial.
Di medicastore anda dapat mencari informasi obat cacing seperti ; kegunaan atau indikasi obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat cacing sesuai dengan resep dokter anda
CACINGAN DAN PENGOBATANNYA
Mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.
JENIS OBAT
1. Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol
2. Piperazin, Dietilkarbamazin
3. Pirantel, Oksantel
4. Levamisol
5. Praziquantel
6. Niklosamida
7. Ivermectin
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Penyakit cacing atau helminthiasis terkadang masih kurang diperhatikan karena tidak menimbulkan kematian yang mendadak dan tinggi sepertinya halnya penyakit viral (misal ND atau Al). Padahal penyakit ini mampu menimbulkan kerugian cukup besar. Waktu serangannya sulit diketahui, tiba-tiba saja produktivitas ayam menurun. Cacing yang sering menyerang ayam secara umum ada dua yaitu cacing gilik (Ascaridia sp., Heterakis sallinae, Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) dan cacing pita (Raillietinasp., Davainea sp.) Cacing biasanya menginfestasi ke dalam tubuh ayam melalui beberapa cara, diantaranya melalui telur cacing atau larva cacing yang termakan oleh ayam, memakan induk semang antara (siput, kumbang, semut dll.) yang mengandung telur atau larva cacing, telur atau larva cacing yang terbawa oleh petugas kandang melalui sepatu, pakaian kandangnya atau terbawa terbang oleh induk semang antara, selain itu juga bisa karena ransum atau air minum yang tercemar telur cacing.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh ayam yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (tembolok, usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa.
Pengendalian Cacingan
Pengendalian penyakit cacingan merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan hasil peternakan yang optimal. Cara yang dilakukan agar peternakan terhindar dari penyakit cacingan adalah dengan dilakukannya pencegahan yaitu:
1. Pemberian obat cacing
Pengobatan akan sia-sia jika penyakit cacingan sudah parah. Sebaiknya dilakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda dengan siklus hidup kurang lebih satu setengah bulan, maka diberikan pengobatan dua bulan sekali, begitu juga dengan cestoda. Pemberian obat cacing pada ayam layer sebaiknya diberikan pada umur 8 minggu dan diulang sebelum ayam naik ke kandang baterai. Sedangkan pada ayam broiler jarang diberikan anthelmintika karena masa hidupnya pendek.
2. Melakukan sanitasi
Kandang dan peralatan peternakan meliputi kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan serta memotong rumput disekitar area peternakan.
3. Mengurangi kepadatan kandang, karena dapat memberi peluang yang tinggi bagi infestasi cacing.
4. Pemberian ransum dengan kandungan mineral dan protein yang cukup untuk menjaga daya tahan tubuh tetap baik.
5. Mencegah kandang becek, seperti menjaga litter tetap kering, tidak menggumpal dan tidak lembab.
6. Peternakan dikelola dengan baik seperti mengatur jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan dilakukan sistem “all in all out”.
OBAT CACING (Anthelmintik)
Selain pencegahan juga harus dilakukan pengobatan pada peternakan ayam yang telah terserang cacingan. Pengobatan sebaiknya dilakukan secara serempak dalam satu kandang atau flok yang terserang cacingan dengan anthelmintika yang sesuai. Anthelmintika merupakan obat untuk menghilangkan atau mengeliminasi parasit cacing dari tubuh ayam. Obat cacing (anthelmintika) merupakan senyawa yang berfungsi membasmi cacing sehingga dikeluarkan dari saluran pencernaan, jaringan atau organ tempat cacing berada dalam tubuh hewan. Secara garis besar, cara kerja obat cacing ada 2 yaitu mempengaruhi syaraf otot cacing dan mengganggu proses pembentukan energi. Cara kerja yang pertama akan mengakibatkan cacing lumpuh sehingga dengan mudah dikeluarkan dari tubuh ternak bersama dengan feses. Sedangkan cara kerja kedua menyebabkan cacing kehilangan energi dan akhirnya mati.
JENIS OBAT CACING
Berdasarkan cara kerjanya, obat cacing dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu 1) Benzimidazol (albendazol, fenbendazol, flubendazol, thiabendazol); 2) Imidathiazol (levamisol) dan tetrahydropyrimidine (pyrantel); 3) Avermectin (ivermectin) dan milbemycin (moxidectin); 4) Salicylanilide (niclosamid) dan nitrophenol; 5) Diclorvos dan trichlorphon. Piperazin dikelompokkan tersendiri karena cara kerjanya berbeda. Kriteria obat cacing ideal antara lain : 1) Efektif, yaitu berspektrum luas dan aktif untuk semua fase hidup cacing, termasuk cacing dalam jaringan maupun saluran cerna; 2) Aman, yaitu mempunyai indeks terapi yang lebar. Tidak menimbulkan residu di jaringan dan atau withdrawal time (waktu henti obat agar unggas/ternak aman untuk dikonsumsi) yang pendek. Tidak berinteraksi dengan obat atau racun lain di lingkungan. Tidak toksik terhadap ternak yang masih muda; 3) Efisien, yaitu cukup satu kali pemberian untuk meminimalkan biaya dan stres penanganan ternak; 4) Murah. Obat cacing yang benar-benar ideal mungkin sulit ditemukan. Keunggulan dan keterbatasan obat cacing yang banyak beredar di lapangan antara lain:
1. Piperazin
Piperazin merupakan obat cacing yang paling sering digunakan oleh peternak. Piperazin sangat efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik yang ada di saluran cerna seperti Ascaridia pada ayam, ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing), babi maupun kuda. Piperazin biasanya dikombinasikan dengan phenotiazine agar efektifitas-nya terhadap cacing sekum meningkat.
Kelarutan piperazin sangat baik dalam air sehingga dapat diberikan melalui air minum maupun dicampur dengan ransum. Keunggulan piperazin yaitu memiliki rentang keamanan yang luas. Namun, piperazin kurang efektif untuk membasmi Heterakis gallinae (cacing sekum), cacing cambuk dan cacing pita.
2. Phenotiazin
Phenotiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae) dan Ascaridia sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi cacing pita. Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti tetapi dari segi keamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas.
3. Levamisol
Levamisol termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing gilik dewasa hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi cacing gilik yang ada di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea, Oxyspirura mansonii pada mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan didistribusikan ke jaringan atau organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara meningkatkan aktifitas makrofag.
Dibandingkan dengan benzimida-zol, levamisol mempunyai rentang keamanan yang lebih sempit. Walaupun demikian pada dosis terapi terbukti tidak menimbulkan efek samping terhadap produksi telur, fertilitas mau-pun daya tetas.
4. Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan kesayangan karena obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin adalah selain efektif mengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi ektoparasit (kutu, tungau, caplak, larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu membasmi bentuk cacing yang belum dewasa..
5. Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif untuk mengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum karena tidak larut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai batas keamanan yang luas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40 kali dosis terapi pada sapi dan domba tidak bersifat toksik.
6. Albendazol
Albendazol termasuk golongan benzimidazol yang mempunyai kela-rutan terbatas dalam air. Umumnya digunakan pada hewan besar dalam bentuk kaplet atau suspensi dengan cara dicekok. Albendazol efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik pada saluran pencernaan, cacing pita, cacing paru dewasa dan larvanya (Dictyocaulus) dan cacing dewasa Fascioia gigantica.
Mekanisme kerjanya adalah meng-ganggu metabolisme energi dengan menjadi inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan energi menyebabkan cacing mati. Golongan benzimidazol sebaiknya tidak digunakan saat masa kebuntingan awal.
TEKNIK PENGOBATAN
Teknik pengobatan harus dilakukan dengan tepat sehingga efektivitas pengobatan optimal.
1. Pemilihan obat yang tepat Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja terhadap cacing tersebut. Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis cacing yang menginfeksi. Spektrum kerja obat cacing dapat dilihat pada tabel.
Obat yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli, Heterakis gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin, ivermectin atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di jaringan atau organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol. Sedangkan infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau albendazol.
2. Obat cacing dikatakan efektif jika mempunyai spektrum kerja terhadap cacing tersebut. Pemilihan obat cacing didasarkan pada hasil diagnosa jenis cacing yang menginfeksi. Spektrum kerja obat cacing dapat dilihat pada tabel.
Obat yang cocok untuk mengatasi cacing gilik di saluran cerna (Ascaridia galli, Heterakis gallinae, Capillaria sp.,) antara lain piperazin, levamisol, dan phenotiazin, ivermectin atau benzimidazol/albendazole. Guna mengatasi cacing gilik yang ada di jaringan atau organ lain (Syngamus trachea, Oxyspirura mansonii) berikan levamisol. Sedangkan infeksi cacing pita (Raillietina sp., Davainea sp.) gunakan niclosamid atau albendazol.
3. Dosis tepat
Tidak seperti antibiotik, umumnya anthelmintik diberikan dengan dosis tunggal (satu kali pemberian) dan bukan dengan dosis terbagi. Jika obat yang seharusnya diberikan sebagai dosis tunggal, tetapi diberikan dalam dosis terbagi misalkan terbagi dalam waktu satu hari, maka dapat menyebabkan jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh ayam menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
4. Cara pemberian tepat
Tepat dosis juga berkaitan dengan cara atau periode pemberian obat. Jika pemberiannya salah maka dosis pun menjadi tidak tepat. Pemberian obat dengan bentuk kapsul, kaplet atau injeksi tidak menjadi masalah karena bisa langsung dicekokkan atau disuntikkan dengan satu kali pemberian. Namun, jika dilakukan melalui air minum atau ransum dosis obat dan jumlah konsumsinya harus diperhatikan sehingga dosis yang masuk dalam tubuh ayam tepat.
Dosis pemberian obat sebaiknya sesuai dengan yang tertera dalam etiket atau leaflet. Dosis yang tertulis pada etiket dan leaflet obat cacing sebelumnya sudah dihitung berdasarkan berat badan yang kemudian dikonversikan dalam kebutuhan air minum atau ransum yang dikonsumsi dalam waktu 2 hingga 4 jam. Cara pencampuran obat ke dalam air minum atau ransum juga perlu diperhatikan. Obat cacing yang bersifat larut air (piperazin, levamisol) biasanya lebih direkomendasikan diberikan melalui air minum, walaupun tidak menutup kemungkinan bisa diberikan melalui ransum. Pastikan obat larut semua dalam air minum dan tidak ada serbuk obat yang tersisa.
Obat cacing yang tidak larut air, (contohnya niclosamid, albendazol) diberikan melalui ransum. Pencampuran obat dan ransum sebaiknya dilakukan secara bertahap. Campur dahulu obat dengan sebagian kecil ransum, aduk hingga homogen dan kemudian tambahkan sedikit demi sedikit sisa ransum sambil diaduk hingga obat dan ransum tercampur secara homogen.
Beberapa etiket produk biasanya tertulis ayam dipuasakan terlebih dahulu. Hal itu tidak menjadi suatu keharusan. Tujuan dari puasa tersebut adalah agar obat yang diberikan terkonsumsi habis oleh ayam dan waktu kontak antara obat dengan cacing di dalam saluran cerna semakin lama sehingga pengobatan menjadi lebih efektif.
5. Pengulangan pemberian obat cacing
Pengobatan infeksi cacing memerlukan proses pengulangan. Pengulangan ini bertujuan membasmi cacing secara total karena secara umum obat cacing tidak bisa membasmi semua fase hidup cacing (telur, larva dan cacing dewasa).
Pengulangan tersebut disesuaikan dengan siklus hidup cacing dan kondisi kandang. Cacing gilik mempunyai siklus hidup 1-2 bulan sedangkan cacing pita sekitar 1 bulan sehingga pemberian obat cacing pertama kali disarankan saat berumur 1 bulan. Jika ayam dipelihara pada kandang postal, pemberian obat cacing perlu diulang setelah 1-2 bulan sedangkan jika dipelihara di kandang baterai, pengulangan 3 bulan kemudian karena ayam tidak kontak dengan litter.
Setelah periode pengulangan tersebut, bukan berarti obat cacing harus terus menerus diberikan pada bulan-bulan berikutnya. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan feses secara rutin sehingga adanya telur cacing dalam feses dapat terdeteksi sejak dini. Hal ini dapat dijadikan dasar perlu atau tidak pemberian obat cacing.
6. Kombinasi obat
Pemberian obat cacing kadang-kadang bersamaan dengan antibiotik jika ada infeksi sekunder oleh bakteri. Hal ini tidak masalah jika tidak ada interaksi yang merugikan (baik secara fisika-kimia maupun secara farmakologi) antara kedua bahan yang dikombinasikan. Jika kombinasi tersebut ternyata menimbulkan interaksi yang merugikan, pilih antibiotik lain atau antibiotik diberikan 1 hari setelah pemberian obat cacing.
Dari segi farmakologi, pemberian obat cacing bersamaan dengan vitamin umumnya tidak terjadi interaksi yang merugikan sehingga bisa dilakukan setiap saat. Pemberian obat cacing juga bisa bersamaan dengan vaksinasi. Pada dasarnya obat cacing tidak menimbulkan interaksi dengan vaksin terutama jika pemberian obat cacing diberikan melalui oral (air minum/ransum/cekok) dan vaksinnya diberikan melalui injeksi. Namun yang perlu diperhatikan ialah jika vaksin diberikan melalui air minum, maka jangan mencampurkan obat dan vaksin dalam air minum yang sama. Tujuannya untuk mencegah terganggunya stabilitas vaksin oleh obat yang ada dalam air minum tersebut.
7. Faktor lain yang perlu diperhatikan
Pengobatan cacing menyebabkan cacing dan telur cacing dalam jumlah besar akan dikeluarkan bersama feses. Jika lingkungan sekitar mendukung, maka telur tersebut akan berubah menjadi bentuk infektif sehingga dapat kembali menginfeksi ayam. Untuk itu, selama pengobatan sebaiknya memperhatikan meminimalkan kontak ayam dengan feses yang mengandung telur cacing atau ayam dipelihara dalam kandang panggung atau baterai. Bersihkan kandang dan cegah litter lembab.
Selain itu, basmi inang antara seperti semut, lalat dan siput dengan insektisida. Namun, jangan sampai insektisida mengenai ransum, air minum atau ternaknya.
8. Resistensi obat cacing
Resistensi tidak hanya terjadi pada mikrobia terhadap antibiotik saja, tetapi cacing juga bisa menjadi resisten terhadap anthelmintik. Hingga saat ini resistensi cacing yang pernah dilaporkan terjadi antara lain Oesophagostonum spp yang menginfeksi babi resisten terhadap pyrantel dan levamisol atau cyathostomes pada kuda resisten terhadap benzimidazol.
Kasus resistensi tersebut kemungkinan besar karena penggunaan obat cacing yang terlalu sering dalam satu tahun (5-12 kali). Meskipun penelitian tentang resistensi cacing pada ayam belum ada, tetapi mulai saat ini kita harus melakukan pencegahan jangan sampai resistensi tersebut terjadi.
RESISTENSI CACING
Resistensi obat terhadap cacing dapat tekan dengan cara:
a. Perbaikan tata laksana pemeliharaan sehingga perkembangbiakan cacing dapat ditekan
b. Lakukan pemeriksaan feses secara berkala sebagai acuan perlu tidaknya ayam diberikan obat cacing.
c. Berikan obat cacing sesuai dengan dosis yang direkomendasikan, jangan berlebih maupun kurang.
d. Rotasi atau penggantian jenis obat cacing yang digunakan setiap 1-2 tahun. Namun kendalanya jenis obat cacing dari golongan yang berbeda sangat terbatas. Contoh rotasi anthelmintik ialah piperazin dengan levamisol yang sama-sama efektif mengatasi infeksi cacing gilik.
e. Perhatikan kondisi lingkungan kandang terutama jika lantai lembab, mengingat bentuk telur dan larva cacing bisa saja masih berada di sekitar kandang.
f. Perlu pendataan jenis obat cacing yang digunakan selama masa pemeliharaan ayam dan memonitor efektifitas pengobatannya.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ditemukan beberapa parasit pada ayam terutama ditemukan Ascaris lumbricoides yang berukuran bermacam – macam anatra 5 cm – 30 cm. cacing ini banyak ditemukan di dalam tubuh ayam terutama di bagian usus dari ayam. Caing ini sepanjang pengamatan ditemukan dalam berbagai ukuran baik jantan maupun betina, selain itu banyak juga ditemukan masih dalam bentuk terlur atau lava dalam tubuh ayam terutama di bagian usus dari ayam.
KESIMPULAN
1. Parasit cacing banyak ditemukan di dalam tubuh dari ayam terutama di bagian usus
2. cacing yang banyak ditemuan, terutama adalah Ascaris lumbricoides yang berukuran antara 5 cm – 30 cm, baik itu jantan ataupun betina.
DAFTAR PUSTAKA:
Anonymous. 2007. Nemanthelminthes. (Online). http://free.vlsm.org/v12. Diakses Tanggal 30 November 2008.
Anonymos. 2007. Kegitan Belajar IV: Nemanthelminthes. (Online).http://www.e-dukasi.net . Diakses Tanggal 30 November 2008.
Anonymous. 2005. Cacingan dan Pengobatannya. (Online). http://infovet.blogspot.com, Diakes Tanggal 30 November 2008.
Komentar :
Post a Comment